Dampak Pelantikan Trump: Harga Minyak Global Terperosok di Tengah Wacana Darurat Energi

Selasa, 21 Januari 2025 | 11:30:46 WIB
Dampak Pelantikan Trump: Harga Minyak Global Terperosok di Tengah Wacana Darurat Energi

Harga minyak mengalami penurunan signifikan pada Senin, 20 Januari 2025, usai pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat untuk periode kedua. Seiring dengan kebijakan baru yang dicanangkan Trump mengenai darurat energi nasional, pasar energi global tampak waspada. Trump berencana meningkatkan cadangan strategis serta memperbanyak ekspor energi Amerika Serikat ke berbagai penjuru dunia, suatu langkah yang menstimulasi reaksi beragam dari pasar komoditas energi.

Menurut laporan dari Reuters, harga minyak Brent turun 64 sen atau sebesar 0,8% menjadi USD 80,15 per barel pada perdagangan awal hari ini, bersamaan dengan perayaan Hari Martin Luther King Jr di Amerika Serikat yang menandai hari libur nasional. Di sisi lain, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami penurunan signifikan, merosot USD 1,30 atau 1,7% hingga mencapai USD 76,58 per barel.

Penurunan ini bukan hanya dipengaruhi oleh ketidakpastian kebijakan baru AS, namun juga spekulasi yang meningkat setelah pengumuman status darurat energi oleh Trump. "Trump, yang selama kampanye berjanji 'drill, baby, drill,' akan menandatangani perintah eksekutif yang berfokus pada Alaska, mengingat negara bagian tersebut dianggap penting untuk keamanan nasional AS dan dapat memungkinkan ekspor gas alam cair (LNG) ke berbagai wilayah di AS dan negara sekutu," ungkap seorang pejabat dari pemerintahan Trump yang tidak disebutkan namanya.

Dalam situasi yang semakin kompleks ini, harga minyak Brent dan WTI mencatat kenaikan lebih dari 1% selama empat pekan berturut-turut, seiring dengan pengenaan sanksi oleh pemerintahan Biden terhadap lebih dari 100 kapal tanker dan dua produsen minyak Rusia. Langkah tersebut mendorong China dan India untuk segera mencari kargo minyak alternatif, sementara perdagangan minyak Rusia dan Iran terpaksa menggunakan kapal tanker yang tidak terkena sanksi.

Pengumuman Trump mengenai darurat energi datang tepat setelah kabar bahwa harga minyak Rusia bisa berkurang hingga 1 juta barel per hari akibat sanksi ini, menciptakan kekhawatiran akan ketidakstabilan suplai minyak global. Analis UBS Giovanni Staunovo menjelaskan, "Saat ini pasar tengah menantikan perintah eksekutif apa saja yang akan ditandatangani Trump dalam 24 jam ke depan."

Sanksi terbaru ini seolah menjadi katalisator bagi ketidakpastian harga minyak internasional, namun sejumlah analis memperkirakan kenaikan harga yang terjadi mungkin hanyalah fenomena sementara. "Kenaikan harga baru-baru ini mungkin tidak berlangsung lama, bergantung pada kebijakan yang akan diambil Trump," tambah analis dari ANZ.

Donald Trump pun menambahkan lapisan ketidakpastian baru dalam pasar energi dengan janjinya untuk segera mengakhiri perang Rusia-Ukraina, meskipun belum jelas bagaimana rencana tersebut akan dijalankan. Presiden Rusia Vladimir Putin telah memberikan ucapan selamat kepada Trump beberapa jam sebelum upacara pelantikan di Washington dan mengungkapkan kesiapan untuk berdialog mengenai isu Ukraina dan senjata nuklir.

Namun, ketegangan geopolitik tidak berhenti pada kawasan tersebut saja. Di Timur Tengah, terjalinnya gencatan senjata antara Hamas dan Israel, yang disertai pertukaran tahanan pada hari Minggu, turut menekan harga minyak. Langkah-langkah dari kelompok Houthi di Yaman yang menyatakan akan menargetkan kapal terkait Israel selepas diumumkannya gencatan senjata di Gaza, menunjukkan bahwa kestabilan harga minyak masih akan sangat rentan terhadap perkembangan geopolitik.

Keseluruhan situasi ini menunjukkan bahwa pasar minyak global tengah berada dalam fase yang sangat dinamis dengan berbagai faktor eksternal yang berpotensi mempengaruhi harga minyak dalam beberapa waktu mendatang. Akan tetap sangat menarik untuk melihat langkah-langkah konkret yang akan diambil Trump dalam kerangka darurat energi serta bagaimana hal ini dapat membentuk kembali peta perdagangan minyak global dalam beberapa bulan ke depan.

Terkini