Properti

Tantangan dan Peluang Sektor Properti Tahun 2025: Optimisme di Tengah Ketidakpastian

Tantangan dan Peluang Sektor Properti Tahun 2025: Optimisme di Tengah Ketidakpastian
Tantangan dan Peluang Sektor Properti Tahun 2025: Optimisme di Tengah Ketidakpastian

Menghadapi tahun 2025, sektor properti Indonesia dihadapkan pada sejumlah tantangan signifikan baik di tingkat nasional maupun global. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Knight Frank Indonesia, terdapat berbagai isu yang diprediksi akan menjadi faktor penentu bagi pertumbuhan sektor ini. Meskipun dibayangi ketidakpastian, keyakinan para pelaku industri bahwa harga properti akan terus meningkat tetap terjaga.

Memasuki tahun 2025, salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah pelemahan daya beli masyarakat, khususnya di segmen menengah. Situasi ini diperparah oleh tingginya harga tanah yang membuat harga properti menjadi tidak terjangkau bagi sebagian besar masyarakat. Selain itu, kenaikan suku bunga yang diperkirakan juga menjadi faktor yang dapat menghambat pertumbuhan sektor ini. Kendati demikian, para pelaku properti tetap optimistis menatap masa depan industri ini.

Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia, menjelaskan bahwa meskipun ada banyak tantangan, tetap ada peluang yang bisa dimanfaatkan di tengah dinamika pasar. "Meski penuh tantangan, berbagai peluang masih terbuka di tengah dinamika pasar properti yang masih mencari titik keseimbangan baru. Di antaranya digitalisasi dan pengembangan AI untuk optimalisasi pertumbuhan properti," ujar Willson Kalip dalam keterangannya yang dikutip pada Kamis, 9 Januari 2025.

Sejalan dengan itu, beberapa sub sektor seperti industri, data center, dan pergudangan diprediksi akan mengalami pertumbuhan positif sepanjang tahun 2025. Berbeda dengan sub sektor residensial, hotel, ritel, dan villa yang diperkirakan hanya akan tumbuh secara moderat. Sementara itu, sub sektor lainnya diprediksi akan stagnan. Meskipun demikian, sub sektor pendidikan dan kesehatan dipandang dapat menjadi motor penggerak yang dapat memperkuat pertumbuhan properti ke depan.

Selain itu, beberapa program pemerintah juga diharapkan bisa memberikan dampak signifikan terhadap industri ini. Beberapa di antaranya termasuk kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), pembebasan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), serta pembangunan infrastruktur. Namun, keberlanjutan proyek besar seperti Ibu Kota Negara (IKN) masih menjadi tanda tanya besar di kalangan pelaku industri properti. Banyak yang menyatakan belum yakin atau masih menunggu kepastian dari investasi dan pembangunan di sana.

BRICS, strategi diplomasi baru Indonesia, juga turut dimainkan dalam ranah bisnis properti. Diharapkan langkah ini bisa membantu memperluas kesempatan kerjasama di level internasional, membuka pintu investasi baru, serta meningkatkan daya saing internasional sektor ini.

Sementara itu, upaya peningkatan keterjangkauan harga rumah, terutama untuk segmen menengah ke bawah, menjadi fokus utama berbagai pihak. Salah satu langkah yang tengah dipertimbangkan adalah penggunaan teknologi dan inovasi untuk menekan biaya produksi serta meningkatkan efisiensi. Di sini, digitalisasi serta pengaplikasian artificial intelligence (AI) dapat menjadi solusi untuk efisiensi bisnis, serta memungkinkan penerapan konsep bangunan berkelanjutan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Dalam rangka menghadapi tantangan tersebut, kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat diharapkan bisa meningkatkan daya dorong pertumbuhan sektor properti ke depan. Adanya kemauan untuk berubah dan beradaptasi dengan situasi terkini menjadi kunci dalam menghadapi segala tantangan yang ada.

Dengan segala tantangan dan peluang di depan mata, tahun 2025 menjanjikan dinamika yang menarik di sektor properti. Meskipun belum tahu arah pasti ke depan, namun dengan optimisme dan strategi yang tepat, sektor properti Indonesia diharapkan bisa melalui tahun ini dengan hasil yang positif.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index