Indonesia terus memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam penggunaan energi terbarukan di Asia Tenggara dengan peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata. Berlokasi di permukaan Waduk Cirata, Jawa Barat, proyek ini kini dinobatkan sebagai PLTS terbesar di kawasan Asia Tenggara dan menjadi salah satu dari tiga yang terbesar di dunia. Dengan kapasitas mengesankan, inovasi ini mengukuhkan komitmen Indonesia dalam mengejar transisi energi bersih.
Pencapaian yang Mengesankan
PLTS Terapung Cirata resmi dibuka pada November 2023 oleh Presiden Joko Widodo. Dalam kapasitasnya sebagai Senior Manajer PLN Nusantara Power UP Cirata, Ahmad Jalaludin, menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian ini. "PLTS Terapung Cirata merupakan PLTS nomor 3 terbesar di dunia dan nomor 1 di Asia Tenggara, yang di bulan November kemarin diresmikan oleh Pak Presiden," ujar Ahmad saat menyambut awak media di Waduk Cirata. Kehadiran PLTS ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang didirikan melalui kemitraan antara PT PLN Nusantara Power dan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab, Masdar.
Skala dan Cakupan
Dibangun di area seluas 200 hektare di Waduk Cirata, PLTS ini memiliki kapasitas 145 megawatt (MW) AC atau setara dengan 192 megawatt-peak (MWp). Untuk membangun proyek besar ini, lebih dari 340 ribu panel surya dipasang yang tersebar dalam 13 blok. Setiap tahun, PLTS Cirata diproyeksikan menghasilkan sekitar 245 juta kilowatt per jam (kWh) energi bersih, cukup untuk melistriki lebih dari 50 ribu rumah. Selain memberikan kontribusi signifikan terhadap pasokan energi hijau, PLTS ini juga diperkirakan mampu menekan emisi karbon sebanyak lebih dari 200 ribu ton per tahun.
Fasilitas dan Pengembangan Lebih Lanjut
Di Waduk Cirata, PLN juga memperlihatkan fasilitas lain seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) bawah tanah dengan kapasitas 1.008 MW yang sudah beroperasi sejak 1988, serta PLTS Ground Mounted dengan kapasitas 1 MW. "Selain itu juga kami memiliki sarana pembibitan, untuk bibit tanaman seperti tanaman keras, kopi, dan juga kita punya hutan energi Kaliandra yang Insyaallah ke depannya akan kita manfaatkan untuk bahan bakar co-firing," terang Ahmad.
Rencana Ekspansi
Pemerintah Indonesia berencana untuk meningkatkan kapasitas PLTS Terapung Cirata hingga mencapai 500 MW sejalan dengan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang memperbolehkan penggunaan waduk dan danau untuk PLTS diperluas dari 5 persen menjadi 25 persen. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam total kapasitas energi nasional.
Implementasi Teknologi Tinggi
Proyek ini memanfaatkan inovasi teknologi tinggi untuk menyesuaikan dengan karakteristik unik Waduk Cirata, termasuk kedalaman yang bervariasi antara 80-100 meter, serta kemiringan dan variasi elevasi air hingga 15 meter. Desain khusus untuk anchoring dan mooring telah diterapkan guna mengatasi dasar waduk yang berlumpur.
Tarif Kompetitif dan Keuntungan Ekonomi
Tarif energi dari PLTS Terapung Cirata diatur pada angka yang sangat kompetitif yaitu USD 5,8 sen per kWh. Hal ini membuat biaya pokok penyediaan (BPP) listrik menjadi lebih rendah. Dengan demikian, PLN dapat mengurangi ketergantungan terhadap subsidi dan kompensasi, menciptakan kemandirian ekonomi dan memperkuat sektor energi nasional.
Peluang Ekonomi dan Ekologi
Selain memenuhi kebutuhan listrik nasional, PLTS Cirata juga memberikan dampak positif kepada masyarakat sekitar dengan menyediakan listrik yang lebih hijau. Pemerintah juga membuka kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau melalui Renewable Energy Certificate (REC) dan perdagangan karbon.
PLTS Terapung Cirata tidak hanya menjadi langkah besar dalam usaha Indonesia menuju energi terbarukan, tetapi juga menjadi simbol kerjasama internasional yang sukses antara Indonesia dan Uni Emirat Arab. Dengan pencapaian teknologi dan keuntungan ekonomi yang dihadirkan, proyek ini diharapkan dapat menjadi model inspiratif bagi proyek energi terbarukan lainnya di seluruh dunia. Kehadiran PLTS ini juga menunjukkan kesiapan Indonesia untuk memimpin transisi energi yang lebih hijau dan mandiri di kawasan Asia Tenggara.