Erick Thohir saat ini menjadi pusat perhatian publik sepak bola Indonesia setelah keputusannya memecat pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (STY), pada Senin, 6 Januari 2025. Para pecinta sepak bola nasional kini menantikan siapa yang akan dipilih Thohir sebagai pengganti pelatih asal Korea Selatan tersebut. Sebagai mantan presiden Inter Milan, keputusan-keputusan Thohir sebelumnya menuai evaluasi kritis, terutama terkait pilihan penggantian pelatih yang kurang tepat yang pernah ia lakukan di klub raksasa Italia tersebut.
Erick Thohir belum secara resmi mengumumkan siapa yang akan menggantikan Shin Tae-yong, namun spekulasi telah berkembang pesat. Salah satu nama yang paling santer disebut-sebut sebagai kandidat kuat adalah Patrick Kluivert, legenda sepak bola Belanda yang pernah bermain untuk klub-klub besar seperti Barcelona dan AC Milan. Namun, kabar ini mendapatkan reaksi penolakan dari banyak kalangan, termasuk suporter sepak bola di Indonesia.
Pengalaman Kluivert yang Meragukan
Munculnya nama Kluivert sebagai calon pelatih Timnas Indonesia langsung memicu perdebatan. Banyak pihak yang meragukan kemampuannya sebagai pelatih karena rekam jejak Kluivert yang dinilai kurang mumpuni. Selama kariernya sebagai pelatih, Kluivert lebih banyak berperan sebagai asisten pelatih di bawah arahan pelatih-pelatih ternama seperti Louis van Gaal dan Clarence Seedorf. Sementara itu, hasil dari masa kepelatihannya sendiri dinilai mengecewakan.
Sebagai pelatih utama, Kluivert pernah menangani klub dan tim nasional dengan hasil yang jauh dari harapan. Ia sempat melatih FC Twente U-21, Timnas Curacao, dan Adana Demirspor, namun selalu berakhir dengan pemecatan setelah kinerja yang dianggap kurang memuaskan. Di Adana Demirspor, misalnya, Kluivert dipecat pada Desember 2023 setelah bertugas selama 20 pertandingan. Fakta ini membuat para penggemar sepak bola Indonesia skeptis dan khawatir jika Kluivert diangkat menjadi pelatih Timnas Indonesia, tim kebanggaan nasional.
Pengalaman Serupa di Inter Milan
Kekhawatiran para suporter Indonesia bukan tanpa dasar. Erick Thohir pernah mengalami situasi serupa ketika menjabat sebagai presiden Inter Milan. Pada tahun 2013, Thohir membeli saham mayoritas Inter Milan dari Massimo Moratti dan menjadi presiden klub tersebut. Pada awal kepemimpinannya, ia mendapat pujian karena berhasil membawa kembali Roberto Mancini sebagai pelatih. Di bawah arahan Mancini, performa Inter Milan menunjukkan perbaikan signifikan.
Namun, di akhir musim 2015/2016, Thohir membuat keputusan yang mengejutkan dengan memecat Mancini di saat tim sedang menunjukkan perkembangan positif. Keputusan tersebut diduga karena perbedaan visi dan strategi antara Thohir dan Mancini. Penggantinya adalah Frank de Boer, pelatih asal Belanda yang sebelumnya sukses bersama Ajax Amsterdam. Sayangnya, keputusan ini tidak membawa hasil yang diharapkan.
Frank de Boer hanya mampu memberikan lima kemenangan dari 14 pertandingan yang dia pimpin bersama Inter Milan. Pada bulan November 2016, De Boer akhirnya dipecat karena hasil buruk tersebut. Pengalaman tersebut kini menjadi bayangan yang menghantui keputusan Erick Thohir di PSSI, terutama terkait penunjukan Patrick Kluivert yang dianggap memiliki kapasitas lebih rendah dibandingkan Frank de Boer.
Pengembangan Timnas Indonesia
Sementara itu, tidak dapat dipungkiri bahwa di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong, Timnas Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Banyak pihak yang mengakui kemajuan ini, termasuk musisi dan pendukung sepak bola Indonesia, Ari Lasso, yang pernah menyatakan, "Timnas Indonesia lebih enak ditonton di bawah arahan Shin Tae-yong." Penggantian pelatih di tengah proses perkembangan yang baik menciptakan keraguan dan kekhawatiran di kalangan penggemar.
Bagi Erick Thohir, pengalaman masa lalu di Inter Milan seharusnya menjadi pelajaran penting. Mengganti pelatih adalah keputusan yang rumit dan membutuhkan pertimbangan matang, bukan hanya berdasarkan reputasi individu semata, tetapi juga berdasarkan kesesuaian strategi dan visi untuk tim. Dalam situasi yang sensitif ini, Thohir diharapkan dapat menentukan sosok pelatih yang benar-benar tepat untuk melanjutkan kemajuan Timnas Indonesia.
Masa Depan Timnas Indonesia
Publik sepak bola nasional berharap Erick Thohir tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan yang pernah terjadi di Inter Milan. Penunjukan pelatih baru harus mempertimbangkan banyak faktor, termasuk rekam jejak, strategi pelatihan, dan kegemaran strategi permainan yang cocok untuk peningkatan performa Timnas dalam skala regional dan internasional. Keberlanjutan dan konsistensi perkembangan Timnas Indonesia di bawah pelatih baru akan menjadi tolok ukur keberhasilan Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI.