JAKARTA - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kembali mengalami penurunan signifikan pada awal perdagangan hari ini, Senin 6 Januari 2025. Di Indonesia Commodity Market (Inacom), harga CPO yang berlokasi di pelabuhan utama seperti Belawan, Dumai, Teluk Bayur, Talang Duku, dan Palembang menunjukkan tren penurunan. Harga di Belawan tercatat dengan penawaran tertinggi sebesar Rp 14.088 per kilogram, turun Rp 222 dari Rp 14.310 per kilogram pada penutupan Jumat, 3 Januari 2025.
Penurunan harga ini tidak hanya terjadi di Belawan. Di pelabuhan lainnya, harga CPO juga mencatat penurunan yang cukup signifikan. Di Dumai, harga ditutup pada Rp 14.088 per kilogram, sementara di Teluk Bayur harga mencapai Rp 13.915 per kilogram. Di Talang Duku, harga CPO tercatat sebesar Rp 13.888 per kilogram, dan di Palembang, penawaran tertinggi berada di angka Rp 13.685 per kilogram.
Penurunan harga ini terjadi di tengah permintaan global yang melemah, terutama dari pasar tujuan utama seperti India. Di Bursa Malaysia, harga kontrak minyak sawit berjangka untuk pengiriman Maret 2025 juga mencatat penurunan. Harga kontrak acuan FCPOc3 turun RM 30 per ton atau sekitar 0,69%, menjadi RM 4.338 atau setara dengan US$ 961,86 per metrik ton pada sesi perdagangan tengah hari. Sementara itu, pada sesi sebelumnya, harga kontrak minyak sawit sempat menguat 0,81%.
Dampak Melemahnya Permintaan Global
Menurut laporan dari Reuters, penurunan harga CPO di Bursa Malaysia disebabkan oleh permintaan yang lesu di pasar penting seperti India. Sebuah survey yang dilakukan oleh Intertek Testing Services dan AmSpec Agri Malaysia menunjukkan bahwa ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia pada bulan Desember menurun antara 2,5% dan 7,8%.
Lebih lanjut, impor minyak sawit India pada bulan Desember mengalami penurunan ke level terendah dalam sembilan bulan. Hal ini dikarenakan lonjakan harga CPO ke level tertinggi dalam 2,5 tahun terakhir yang mendorong penyuling untuk beralih ke minyak kedelai sebagai alternatif. Minyak kedelai sedang ditawarkan dengan harga yang lebih murah sehingga lebih menarik untuk dibeli. Seorang pedagang yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, "Sejak harga minyak sawit melonjak, permintaan dari India memang sedikit menurun."
Menurut pengamat komoditas, pasar minyak sawit sedang menghadapi tantangan dari persaingan harga terutama dengan minyak nabati lainnya. "Saat harga saingan seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari lebih rendah, pembeli cenderung untuk beralih," ujar seorang analis komoditas di Kuala Lumpur.
Prospek Ke Depan
Meski demikian, dalam jangka panjang, prospek permintaan CPO diperkirakan akan mengalami peningkatan, didorong oleh konsumsi energi nabati yang terus meningkat serta kebijakan terkait bahan bakar nabati di beberapa negara. "Kendati permintaan menurun saat ini, pasar CPO tetap memiliki prospek cerah karena dorongan global untuk mengurangi bahan bakar fosil dan mengadopsi bahan bakar nabati," kata seorang ahli pasar energi.
Namun, analis lain memperingatkan bahwa jika harga tetap tinggi, pembeli mungkin akan terus mencari alternatif lain, yang dapat menahan kenaikan harga CPO dalam waktu dekat. "Pasar minyak sawit sangat sensitif terhadap kebijakan perdagangan dan harga kompetitif dari minyak nabati lain," ujar seorang analis minyak sawit.
Sebagai produsen CPO utama di dunia, Indonesia dan Malaysia perlu memperhatikan dinamika global tersebut untuk menjaga stabilitas harga dan permintaan. "Dengan keadaan pasar yang dinamis ini, penting bagi produsen utama untuk tetap adaptif dan responsif terhadap perubahan pasar agar tetap kompetitif," tambahnya.
Dengan laporan ini, Indonesia dan komunitas perdagangan global akan mengamati lebih lanjut pergerakan pasar dan menilai langkah strategis berikutnya. fluktuasi harga CPO memberikan alarm bagi para pelaku industri untuk terus mengoptimalkan kebijakan dan strategi perdagangan demi menjaga posisi kompetitif di pasar global.
Menghadapi Tantangan di Masa Depan
Dengan turunnya harga CPO di awal tahun, pelaku industri diharapkan lebih waspada dan cepat beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar. Upaya penganekaragaman produk serta meningkatkan efisiensi produksi bisa menjadi langkah yang tepat untuk diambil. "Tantangan dalam bentuk fluktuasi harga dan permintaan harus disikapi dengan strategi jangka panjang dan diversifikasi agar tidak terlalu bergantung pada satu pasar atau produk," saran seorang ekonom pertanian.
Secara keseluruhan, meskipun ada penurunan harga saat ini, para pelaku industri CPO tetap optimis akan adanya pemulihan permintaan di waktu mendatang seiring dengan berkembangnya solusi alternatif energi dan pertumbuhan populasi global. Dengan demikian, langkah cerdas dalam manajemen, inovasi produk, dan adaptasi dengan regulasi akan menjadi kunci keberhasilan menghadapi tantangan di tahun-tahun mendatang.