JAKARTA — Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO) PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), anak usaha dari PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA), mencatatkan kelebihan permintaan yang luar biasa atau oversubscribed hingga 313,15 kali pada tahap penjatahan terpusat (pooling allotment). Kejadian ini mencerminkan tingginya minat dan respons positif dari pasar terhadap saham emiten migas milik Happy Hapsoro tersebut.
Menurut Bernadus Wijaya, CEO Sucor Sekuritas yang bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi bersama Henan Putihrai Sekuritas, angka oversubscription ini tidak lepas dari usaha mereka dalam memilih perusahaan dari sektor yang diuntungkan secara makroekonomi dan kebijakan domestik. "Kita mencari [perusahaan untuk IPO] dari industri yang seksi atau industri yang secara makroekonomi, secara kebijakan domestik lagi diuntungkan," ujarnya kepada Bisnis, Selasa, 7 Januari 2025.
Spekulasi Keterlibatan Investor Besar dan Fokus Pemerintah
Rumor yang menyebutkan keterlibatan konglomerat Prajogo Pangestu dalam IPO ini turut meningkatkan perhatian publik sejak akhir 2024 lalu. Antusiasme yang tercermin dalam hasil penjatahan ini mencerminkan keyakinan pasar terhadap prospek bisnis RATU, terutama karena pemerintah saat ini fokus pada isu ketahanan energi.
RATU sendiri telah mematok harga penawaran saham pada batas atas dari harga bookbuilding, yaitu Rp1.150 per lembar. Dalam prospektus final yang dirilis Kamis, 2 Januari 2025, Raharja Energi Cepu mengumumkan rencana penawaran 543,01 juta saham dalam IPO. Ini terdiri dari 190,05 juta saham baru dan 352,95 juta saham yang akan dijual oleh RAJA.
Alokasi Dana dan Strategi Pasca-IPO
Dalam hal pengalokasian dana, RATU akan memanfaatkan dana IPO sebesar Rp218,56 miliar dari penerbitan saham baru, sementara RAJA akan meraih Rp405,9 miliar dari divestasi sahamnya. Dari total dana yang diperoleh, RATU berencana untuk menggunakan sekitar Rp157,36 miliar guna memenuhi tanggung jawab pembayaran cash call kepada anak usaha, PT Raharja Energi Tanjung Jabung. Ini mengikuti kewajiban untuk pengelolaan Blok Jabung, senilai US$10 juta atau sekitar Rp159,42 miliar.
Sisa kekurangan dana cash call sekitar Rp2,05 miliar akan dilunasi dengan menggunakan kas internal. Tak hanya itu, sekitar Rp34,96 miliar dari dana IPO juga akan dipinjamkan RATU kepada perusahaan asosiasi, PT Petrogas Jatim Utama Cendana (PJUC), untuk mendukung cash call dari ExxonMobil Cepu senilai sekitar US$2,2 juta atau setara Rp35,07 miliar.
Rencana Strategis RAJA dan Tantangan di Masa Depan
Di sisi lain, RAJA akan memanfaatkan dana sebesar Rp405,9 miliar dari hasil divestasi saham RATU untuk mendukung beberapa proyek strategis. Djauhar Maulidi, Direktur Utama RAJA, memastikan bahwa dana ini akan dialokasikan untuk menyelesaikan proyek pembangunan pipa Bahan Bakar Minyak (BBM) Tanjung Batu-Samarinda dan fasilitas kompresor gas di Sulawesi Selatan.
Selain itu, RAJA juga berencana mempercepat studi kelayakan untuk pengembangan LNG Terminal di Provinsi Banten serta LNG Plant di Kalimantan Utara dan Papua Barat. "Hasil studi kelayakan ini akan menjadi dasar pengambilan keputusan untuk memulai konstruksi proyek-proyek tersebut pada 2025 sampai dengan 2026," kata Djauhar dalam keterangan resmi yang diterbitkan.
Secara keseluruhan, kesuksesan IPO RATU dengan tingkat oversubscription yang tinggi ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan dan industri migas yang lebih luas. Langkah strategis yang diambil oleh RATU dan RAJA setelah mendapatkan suntikan dana IPO diharapkan dapat mendukung pertumbuhan bisnis, memperkuat posisi industri, dan berkontribusi terhadap ketahanan energi nasional. Semua ini membuat Raharja Energi Cepu Tbk. berada dalam posisi yang kuat untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan di masa mendatang.