Gas

Industri Tuntut Kepastian Harga Gas, Menteri Perindustrian dan Ekonom CORE Indonesia Angkat Bicara

Industri Tuntut Kepastian Harga Gas, Menteri Perindustrian dan Ekonom CORE Indonesia Angkat Bicara
Industri Tuntut Kepastian Harga Gas, Menteri Perindustrian dan Ekonom CORE Indonesia Angkat Bicara

Di tengah upaya pemerintah untuk memacu pertumbuhan industri, berbagai sektor mengeluhkan harga gas yang meroket setelah program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) berakhir pada akhir 2024. Dengan tidak diperpanjangnya kebijakan tersebut, industri kini menghadapi biaya produksi yang mencekik, berujung pada menurunnya daya saing di pasar internasional.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang, mengungkapkan kekecewaannya terhadap situasi ini. "Banyak keluhan yang saya dapati dari industri," ujarnya saat ditemui di gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jumat, 19 Januari 2025. Pemerintah sejauh ini belum mengambil keputusan untuk memperpanjang program HGBT dengan tarif 6 dolar AS per MMBTU yang sebelumnya meringankan tujuh sektor industri utama.

Menurut Agus, gas merupakan komponen vital dalam produksi berbagai industri, dan kenaikan harga gas dapat mengguncang stabilitas produksi dalam negeri. "Saya kira harus segera berlaku ya, karena pabrik harus berjalan. Jadi gas yang dibutuhkan itu tetap harus ada," tegasnya.

Tujuh industri yang selama ini mendapatkan manfaat dari HGBT mencakup sektor pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, serta sarung tangan karet. Berakhirnya subsidi ini menyebabkan industri tersebut kini harus berada di bawah harga gas komersial yang lebih tinggi, mengancam keberlanjutan usaha mereka.

Sinyal tantangan ekonomi ini juga diakui oleh Yusuf Rendy Manilet, ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia. Menurutnya, perbandingan internasional menunjukkan bahwa harga gas industri di Indonesia cenderung lebih tinggi daripada di negara-negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia, yang tentunya memperlemah daya saing.

"Kebijakan HGBT sebelumnya telah membantu industri dalam menekan biaya produksi dan meningkatkan daya saing, terutama di tengah tantangan pemulihan ekonomi," jelas Yusuf. Ia mengingatkan bahwa langkah tidak memperpanjang HGBT dapat berdampak signifikan pada posisi kompetitif 7 sektor strategis tersebut.

Yusuf mengungkapkan, "Jika kebijakan HGBT tidak diperpanjang, dampak langsungnya adalah kenaikan biaya produksi yang signifikan bagi 7 sektor industri yang kini harus membayar harga gas komersial. Hal ini berpotensi memicu kenaikan harga produk akhir, menurunkan daya saing industri domestik di pasar global, dan bahkan dapat mengancam keberlangsungan industri yang sangat bergantung pada gas bumi."

Sementara dampak negatif bagi keuangan negara diakui pemerintah dalam memberikan subsidi harga gas, Yusuf menilai bahwa peningkatan aktivitas ekonomi dari industri yang terbantu akan memberikan manfaat jangka panjang yang mungkin lebih signifikan. "Penurunan penerimaan negara dari memberikan subsidi dapat meningkatkan aktivitas perekonomian terutama dari sektor industri yang terkena dampak positif dari harga gas industri yang lebih murah," jelasnya.

Menurut Yusuf, perlunya perpanjangan HGBT tidak dapat diabaikan dalam kaitannya dengan dorongan kembali ke industrialisasi, yang menjadi salah satu strategi pemerintah dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi domestik. "Apalagi 7 sektor yang dimaksud adalah 7 sektor industri strategis yang saya kira masih perlu dibantu terutama dalam konteks mendorong daya saing mereka, terutama di tengah tekanan perekonomian baik dari global maupun domestik itu sendiri," tuturnya.

Keadaan ini menghadapkan pemerintah pada dilema antara menjaga keseimbangan fiskal dan memenuhi kebutuhan industri untuk mempertahankan efisiensi operasional. Langkah strategis menuju solusi yang cepat dan tepat sangat diperlukan agar industri tidak mengalami penurunan daya saing serta dapat terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan terus memantau dampak ekonomi dan sosial dari kebijakan terkait harga gas, diharapkan pemerintah dapat mengambil keputusan yang bijaksana dalam memperpanjang kebijakan HGBT, hadir sebagai solusi jangka panjang bagi industri nasional yang strategis. Keputusan ini tentunya memerlukan peninjauan yang komprehensif agar tidak hanya mengatasi tantangan industri saat ini tetapi juga mempersiapkan negara menghadapi dinamika ekonomi global yang semakin kompleks.

Dalam waktu dekat, keputusan pemerintah akan sangat krusial, tidak hanya bagi sektor industri yang terkait secara langsung tetapi juga bagi seluruh ekosistem ekonomi yang secara tidak langsung bergantung pada kebijakan ini.oleh karena itu, semua pihak berharap kebijakan harga gas dapat segera menemukan jalan tengah agar diterapkan dengan mempertimbangkan semua aspek krusial yang mempengaruhi industri dan ekonomi secara menyeluruh.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index