BBM

Kenaikan Harga Pertamax dan BBM RON 92 di Awal 2025: Shell, BP, dan Vivo Ikut Menyesuaikan Tarif

Kenaikan Harga Pertamax dan BBM RON 92 di Awal 2025: Shell, BP, dan Vivo Ikut Menyesuaikan Tarif
Kenaikan Harga Pertamax dan BBM RON 92 di Awal 2025: Shell, BP, dan Vivo Ikut Menyesuaikan Tarif

JAKARTA – Memasuki tahun baru, masyarakat Indonesia dihadapkan dengan penyesuaian harga pada sejumlah produk Bahan Bakar Minyak (BBM). SPBU dari berbagai merek, termasuk Pertamina, Shell, BP, dan Vivo, telah melakukan perubahan tarif khususnya untuk BBM dengan angka oktan Research Octane Number (RON) 92. Kenaikan ini berdampak signifikan pada pengguna kendaraan yang mengandalkan jenis BBM ini.

Pertamax yang merupakan salah satu produk unggulan Pertamina dijual dengan harga baru yakni Rp 12.500 per liter, meningkat Rp 400 dari harga sebelumnya. Langkah ini bukan hanya diambil oleh SPBU berstatus pelat merah. Penyedia BBM swasta seperti Shell, BP, dan Vivo juga mengumumkan kenaikan harga untuk produk sejenis mereka.

Penjelasan Kenaikan Harga BBM


Kenaikan harga BBM pada awal 2025 disinyalir dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk fluktuasi harga minyak dunia dan biaya distribusi yang semakin tinggi. Sumber dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa faktor eksternal seperti gejolak ekonomi global turut mempengaruhi harga minyak mentah yang akhirnya berdampak pada penyesuaian harga BBM.

Salah satu narasumber dari Pertamina yang enggan disebutkan namanya memberikan keterangan, "Kami selalu berkomitmen untuk menyediakan bahan bakar berkualitas. Kenaikan harga ini mengikuti penyesuaian pasar global. Meski demikian, Pertamina tetap mengutamakan kesejahteraan konsumen dengan menyediakan layanan terbaik dan harga yang kompetitif."

Kenaikan di SPBU Swasta


Selain Pertamina, SPBU lain juga melaporkan kenaikan yang bervariasi. Shell misalnya, mengalami kenaikan terbesar untuk produk Shell Super RON 92 yang kini dijual seharga Rp 12.930 per liter, naik sebesar Rp 640 dari harga sebelumnya. BP mengumumkan harga terbaru BP 92 menjadi Rp 12.810 per liter, dengan kenaikan sekitar Rp 520. Sementara itu, SPBU Vivo menaikkan harga Revvo 92 menjadi Rp 12.770 per liter, juga dengan kenaikan serupa sebesar Rp 520.

Seorang perwakilan Shell menjelaskan, "Kami memahami bahwa kenaikan ini mungkin memberatkan bagi beberapa konsumen. Namun, penyesuaian ini penting untuk memastikan kelangsungan layanan dan kualitas produk kami di tengah naiknya biaya operasional."
 

Dampak ke Konsumen


Dengan adanya kenaikan harga ini, konsumen dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Banyak di antara mereka memilih untuk mencari alternatif lain atau mempertimbangkan penggunaan bahan bakar yang lebih ekonomis. Beberapa pengguna bahkan mulai merencanakan penghematan dalam penggunaan kendaraan atau beralih ke moda transportasi umum.

Pada sisi lain, masyarakat juga diimbau untuk bijak dalam memilih produk BBM sesuai kebutuhan dan spesifikasi kendaraan masing-masing. Variasi harga serta fitur dari setiap jenis BBM RON 92 memberikan konsumen keleluasaan dalam menentukan pilihan yang terbaik.

Respons Pasar


Penyesuaian harga BBM kali ini memperoleh beragam respon dari masyarakat. Keluhan datang terutama dari kalangan pengemudi yang secara rutin menggunakan kendaraan pribadi dengan produk BBM RON 92. Sebagian diantara mereka merasa kenaikan ini dapat membebani biaya sehari-hari yang sudah cukup tinggi.

Namun, ada juga yang memahami situasi ini sebagai dampak dari dinamika pasar global. "Kami sebagai konsumen tentunya berharap agar harga bahan bakar bisa lebih stabil. Namun, kami juga mengerti bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi harga ini," ujar Mulyono, seorang pengendara sepeda motor yang ditemui di SPBU Jakarta Barat.

Kenaikan harga BBM di awal 2025 menjadi tantangan tersendiri bagi konsumen Indonesia. Adanya penyesuaian harga di semua SPBU termasuk Pertamina, Shell, BP, dan Vivo menggambarkan dampak dari kondisi pasar minyak global yang berubah-ubah. Para pengguna RON 92 kini dituntut untuk lebih cerdas dan bijak dalam mengatur penggunaan bahan bakar. Pemerintah diharapkan terus memantau perkembangan ini agar tidak terlalu membebani masyarakat sekaligus mencari solusi jangka panjang untuk stabilitas harga.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index