CILACAP - Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus mengawal upaya inovatif dalam mempercepat swasembada energi. Salah satu terobosan terbarunya adalah mengolah minyak jelantah menjadi bio avtur, bahan bakar alternatif bagi pesawat terbang yang lebih ramah lingkungan. Inisiatif ini tidak hanya menawarkan harapan bagi masa depan energi hijau, tetapi juga mendukung ekonomi sirkular dengan melibatkan masyarakat dalam pengumpulan minyak jelantah.
Transformasi Minyak Jelantah Jadi Bio Avtur
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiawarman, menjelaskan bahwa penggunaan minyak jelantah sebagai bahan baku bio avtur merupakan langkah strategis untuk pemenuhan kebutuhan energi sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan. "Kami di Bank Sampah Beo Asri Cilacap yang dibina oleh KPI, khususnya mengamati proses pengumpulan minyak jelantah. Warga mendapatkan kompensasi dari pengumpulan ini. Minyak jelantah ini akan diolah menjadi bio avtur berbasis waste atau used cooking oil yang sumbernya dari masyarakat. Hal ini sangat penting untuk menjamin pasokan sekaligus membantu ekonomi sirkular," kata Taufik pada Kamis, 16 Januari 2025.
Langkah ini akan mengabulkan transformasi minyak jelantah tidak hanya menjadi bio avtur tetapi juga produk lain seperti diesel D100 bio renewable diesel dan campuran bio avtur 3%. Menurut Taufik, keuntungan dari program ini tidak hanya dari segi ekonomi dan lingkungan. "Dengan memanfaatkan minyak jelantah, kita dapat mendukung ekonomi sirkular, membersihkan lingkungan karena minyak jelantah tidak dibuang sembarangan, dan mendukung pengembangan energi alternatif guna maksimalisasi swasembada energi," tambahnya.
Dukungan Masyarakat dan Manfaat Ekonomi
Bank Sampah Beo Asri di Kelurahan Tegalreja, Cilacap, menjadi salah satu ujung tombak pengumpulan minyak jelantah ini. Rusiti, pengurus bank sampah, mengungkapkan bahwa mereka telah memulai inisiatif pengumpulan minyak sejak 2022. "Sebelumnya, minyak jelantah yang terkumpul disalurkan ke pengepul dari persatuan bank sampah nusantara," ujarnya. Pihaknya memberikan kompensasi sebesar Rp 5 ribu per kilogram untuk minyak jelantah yang dikumpulkan.
Yuni Krisdianti, anggota Bank Sampah Beo Asri, menyambut baik kerja sama dengan Pertamina. "Kompensasinya setiap kilogram Rp 5 ribu, lumayan. Semoga dengan adanya kerja sama ini bisa lebih tinggi, biar makin semangat," harapnya. Harapan akan kompensasi yang lebih baik memberikan dorongan bagi warga untuk lebih aktif dalam pengumpulan minyak jelantah, sekaligus menambah penghasilan tambahan.
Potensi Pasar dan Dampak Lingkungan
Direktur Komunitas Jejak Jelantah, Mohamad Nurhidayat, menambahkan bahwa kapasitas pengumpulan minyak jelantah di Bank Sampah Beo Asri berkisar 200 kg per bulan. Sebelumnya, minyak jelantah tersebut diprioritaskan untuk pasar ekspor dan sebagian kecilnya diolah menjadi biodiesel. Namun, dengan adanya program Pertamina untuk mengolah minyak jelantah, diharapkan kontribusi mereka terhadap pengolahan dan penggunaan dalam negeri semakin meningkat. "Selama ini jelantah yang kami kumpulkan ditujukan pasar ekspor, dan sebagian kecil diolah menjadi bio diesel. Saat ini setelah Pertamina ada program pengolahan minyak jelantah, kita berharap bisa berkontribusi," imbuh Nurhidayat.
Program ini diharapkan mampu mendukung upaya Pengurangan emisi serta mendukung berbagai kebijakan energi hijau yang dianjurkan pemerintah. Tidak hanya menyediakan alternatif bahan bakar yang lebih bersih, tetapi juga membantu menata kembali pengelolaan limbah minyak jelantah di masyarakat.
Masa Depan Swasembada Energi di Indonesia
Upaya Pertamina dalam memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan baku bio avtur kembali menegaskan pentingnya inovasi dan keterlibatan masyarakat dalam mencapai swasembada energi di masa depan. Dengan pengolahan minyak jelantah seperti ini, Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk meminimalkan ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menuju energi terbarukan yang lebih berkelanjutan.
Sebagai langkah yang berkelanjutan, inisiatif ini tidak hanya mendukung aspek ekonomi dan lingkungan tetapi juga memperkuat kemandirian energi nasional. Dengan dukungan masyarakat yang luas, kilang Pertamina Internasional berpotensi menjadi pelopor dalam transformasi energi di level global, sekaligus mengharumkan nama Indonesia dengan solusi inovatif dan ramah lingkungan.