Google dan Microsoft Minta Karyawan H 1B Segera Pulang AS

Senin, 22 September 2025 | 12:26:03 WIB
Google dan Microsoft Minta Karyawan H 1B Segera Pulang AS

JAKARTA - Kebijakan imigrasi terbaru Amerika Serikat memicu kepanikan di kalangan perusahaan teknologi raksasa. Google, Microsoft, dan Amazon disebut-sebut telah mengeluarkan memo internal yang mengingatkan para karyawan pemegang visa H-1B untuk segera kembali ke AS sebelum aturan baru berlaku pada 21 September 2025.

Langkah tergesa-gesa ini tak lepas dari keputusan pemerintahan Presiden Donald Trump, yang menaikkan biaya visa kerja H-1B menjadi 100.000 dolar AS per tahun (setara Rp1,6 miliar). Aturan ini diproyeksikan akan berdampak besar pada ribuan pekerja asing berkeahlian khusus yang selama ini menopang sektor teknologi di Negeri Paman Sam.

Visa H-1B Jadi Sorotan

Selama ini, visa H-1B dikenal sebagai jalur utama bagi perusahaan teknologi untuk merekrut tenaga kerja asing dengan keahlian tertentu, terutama di bidang sains, teknologi, rekayasa, dan matematika. Namun, perubahan kebijakan membuat posisi para pekerja ini semakin rentan.

Menurut laporan The Verge, memo internal yang beredar di media sosial menekankan bahwa pekerja dengan visa H-1B yang sedang berada di luar AS wajib masuk kembali sebelum tengah malam ET, Minggu 21 September. Jika tidak, mereka berisiko ditolak masuk atau diwajibkan membayar biaya tambahan 100.000 dolar AS.

Memo itu juga mencakup peringatan bagi pemegang visa H-4, yakni keluarga yang bergantung pada visa H-1B, untuk tidak bepergian keluar negeri sampai ada kebijakan baru.

Perusahaan Teknologi Cemas

Bagi raksasa teknologi, kebijakan baru ini bukan hanya sekadar administrasi imigrasi, melainkan ancaman nyata bagi produktivitas perusahaan. Ribuan insinyur perangkat lunak, analis data, hingga pakar kecerdasan buatan yang direkrut lewat program H-1B menjadi tulang punggung inovasi.

Perusahaan pun tidak tinggal diam. Walau memo internal terkesan mendesak, mereka juga menyampaikan permintaan maaf karena keterbatasan waktu dan informasi yang tersedia. Janji untuk memberikan panduan lanjutan disampaikan agar karyawan tidak merasa ditinggalkan menghadapi ketidakpastian.

Latar Belakang Kebijakan

Presiden Donald Trump menegaskan bahwa kenaikan biaya visa H-1B adalah bagian dari strategi untuk memperketat imigrasi. Menurut pemerintahannya, langkah ini ditujukan agar program visa tidak disalahgunakan dan untuk memastikan perusahaan Amerika lebih mengutamakan tenaga kerja lokal.

“Biaya visa H-1B kini ditetapkan sebesar 100.000 dolar AS per tahun,” demikian isi perintah eksekutif yang dikeluarkan Gedung Putih.

Dengan kebijakan ini, hanya perusahaan dengan kemampuan finansial besar yang mampu terus mempekerjakan pekerja asing. Di sisi lain, hal tersebut berpotensi mengurangi jumlah tenaga kerja internasional yang masuk, khususnya di sektor teknologi yang sangat bergantung pada talenta global.

Dampak bagi Pekerja Asing

Bagi para pekerja asing, aturan baru ini menimbulkan ketidakpastian besar. Mereka yang sedang berada di luar negeri untuk urusan pribadi atau pekerjaan mendesak harus segera kembali sebelum 21 September. Jika terlambat, risiko kehilangan akses masuk ke AS sangat besar kecuali mereka sanggup membayar biaya tambahan.

Tak hanya itu, pekerja yang sudah berada di AS pun diminta untuk tidak bepergian sementara waktu. Hal ini menambah tekanan psikologis, karena mobilitas internasional yang biasanya menjadi bagian dari rutinitas pekerjaan kini terhambat oleh aturan ketat.

Potensi Gejolak di Industri Teknologi

Kebijakan imigrasi ini diperkirakan akan menimbulkan efek domino di industri teknologi AS. Dengan meningkatnya biaya visa, perusahaan mungkin akan lebih selektif dalam merekrut talenta asing. Bahkan, ada potensi sebagian perusahaan memindahkan sebagian aktivitas riset dan pengembangan ke luar negeri demi menghindari biaya tambahan yang terlalu besar.

Bagi negara-negara seperti India, Tiongkok, hingga Indonesia yang banyak menyumbangkan pekerja teknologi ke AS, kebijakan ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, mereka mungkin kehilangan kesempatan kerja di perusahaan top dunia. Namun di sisi lain, kembalinya para pekerja ini bisa memperkuat ekosistem teknologi di negara asalnya.

Strategi Bertahan Perusahaan

Hingga kini, baik Google, Microsoft, maupun Amazon belum memberikan penjelasan resmi ke publik terkait memo yang beredar. Namun, langkah mereka mengingatkan karyawan untuk segera kembali ke AS mencerminkan kekhawatiran mendalam.

Dalam jangka pendek, perusahaan akan berusaha memastikan semua karyawan H-1B tetap berada di AS agar tidak terjebak dalam aturan baru. Dalam jangka panjang, perusahaan mungkin harus mencari strategi alternatif, seperti memperkuat perekrutan lokal atau memperluas basis operasi di luar AS.

Ketidakpastian yang Berlanjut

Dengan perubahan kebijakan yang tiba-tiba dan biaya visa yang melonjak drastis, masa depan program H-1B kini menjadi tanda tanya. Apakah kebijakan ini hanya sementara atau akan berlangsung lama, masih menunggu keputusan politik di Washington.

Namun satu hal jelas, bagi ribuan pekerja asing dan perusahaan teknologi yang mempekerjakan mereka, 21 September menjadi batas waktu krusial yang menentukan arah karier sekaligus kelangsungan inovasi di sektor teknologi AS.

Terkini